KIAT MENULIS CERITA FIKSI
SUDOMO, S.Pt.
JUMAT, 14 JULI 2023 RESUME 9
Malam ini adalah malam kesembilan, baru kumulai. Malam-malam sebelumnya berlalu tanpa secuilpun informasi kudapati. Tapi seorang Sohib menawarkan diri, "Nanti saya kirimi Resume 1-8, ya" katanya membuatku ayem. "Itu artinya aku hanya tinggal memparafrasekan, supaya tidak dituduh plagiat." Tanya yang tak berjawab.
Aku harus bangkit. Aku harus bersahabat dengan setiap rasa tidak nyaman yang menggangguku akhir-akhir ini. Kata Om Jay, 'menulis itu menyembuhkan', ingatanku terbawa di pertemuan-pertemuan yang lalu di KBMN ke-28.
Sungguh, materi malam ini sangat dahsyat. Menggodaku untuk bergegas mengejar langkahku yang jauh tertinggal. Mo, begitu panggilan akrab dari pemateri yang dikenalkan oleh Moderator cantik bercadar, Arofiah Afifi. Aku memanggilnya Fifi, Bunda Fifi. Tentu pada Pak Domo tidak mungkin kusapa, seperti Bu Fifi menyapanya.
Bagaimana menulis fiksi. Sebuah karya imajiner yang bisa terdiri dari 750-1500 kata. Cukup singkat. Tetapi tentu tidak mudah. 'Aku harus bisa', bisik hati kecilku. Menulis fiksi adalah asesmen minimum dari kemampuan berliterasi. Dengan fiksi aku bisa menyembunyikan sesuatu, fakta buruk misalnya dalam kehidupanku. Menulisnya juga bisa menjadi terapi penyembuhan. Ini yang harus kubuktikan, siapa tahu di sini pula kutemukan passionku. Dan yang pasti aku bisa menjajal kemampuan menulisku.
Aku membuat komitmen dengan diriku sendiri. Niat dan kemauan. Bukankah selama ini aku sering membaca cerita, novel, roman, bahkan menjadikannya sebagai bahan risetku tentang gaya bahasa, diksi, dan berbagai unsur yang membangunnya. Sering pula aku mengajak muridku untuk membongkar cerita dan menemukan tema, amanat, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan sebagainya. Kadang pula aku meminta anak-anak untuk menemukan adakah kalimat yang rancu atau boros kata. Tentu saja KBBI menjadi temanku berselancar makna agar pas kupilih kata untuk mewakili gagasanku. Kali ini aku tidak boleh putus, komitmen dan kontinuitas!
Kata Pak Domo banyak jenis cerita, fiksimini, flash fiction, pentigraf, cerpen, novelet, novela dan novel. 'Yang mana akan kutulis ya?' Ah...lagi-lagi sura kecil dari sudut nurani. 'Apa saja, aku harus bisa!' teriak batinku memompakan semangat. 'Bukankah malam ini Pak Domo menantangmu?! Buktikan! kamu pasti mampu!' Bergantian suara-suara nun di dalam dada menggelegak memecut niat. Kupastikan masuk grup yang ditawarkan Mrs. Fifi.
Oh...ternyata harus dimulai dari mewujudkan ide pokok atau tema ke dalam premis-premis. Aku harus memulainya dengan bagaimana memulai menulis fiksi. Mungkin ini adalah premis untuk tulisanku ini, meresume pelajaran dalam bentuk fiksi. Semoga benar. Betul atau salah aku tidak boleh berhenti. Ha... ha...biar saja mau maju, mundur atau maju mundur plot ceritaku ini. Penting, aku telah mencobanya.
Konflik?! Konon unsur ini harus ada. Bagaimana cerita akan menarik jika tidak dibubuhi konflik?!. Unsur inilah yang akan memancing pembaca lanjut atau berhenti membaca. 'Apa ya konflikku?' Ah...ya, bukankah untuk memulai ini, hatiku berkecamuk. 'Untuk apa kau ikuti lagi KBMN? Bukankah resume yang sudah kau susun dulu belum tuntas kau tayangkan? Apakah kamu masih kurang sibuk? Kemarin saja kamu tidak ikut ke Yogya!' Tetapi sisi lain di relung kalbu mendorongku kuat, 'Ikutilah, kali ini tuntaskan. Bukankah sudah 17 Antologi berhasil kau wujudkan. Lanjutkan. selangkah lagi namamu akan dikenal dunia!'
Banyak Pulau sudah kujelajah, mengantarkan ideku, membongkar gagasanku di hadapan para pakar, dan kolega yang haus ilmu. Tetapi Risetku itu memang hanya berhenti di lembar-lembar Proceding atau Jurnal yang hanya diminati oleh mereka yang membutuhkan. Aku harus menyapa lebih banyak kalangan, menggantikan suaraku yang sempat menggaung di angkasa raya. Tentang menulis seharusnya bukan kendala bagiku, karena aku mengajar mata Kuliah Menulis, tetapi menjaga konsistensi menulis? Aku harus berupaya keras melakukannya, di antara kegiatan riset, pengabdian, mengajar, dan banyak lagi kegiatan yang lain.
Kuingat betul paparan Pak Domo tadi, jika aku hendak mulai menulis fiksi. Pertama, sudah niat, Kedua, aku harus memastikan fiksi apa yang hendak kubuat, aku harus banyak membaca fiksi-fiksi dari para penulis pendahulu. Ketiga, dari membaca aku akan menemukan ide cerita, dan genre. Selanjutnya yang keempat, aku harus susun out line yang biasa kukenalkan pada anak didikku sebagai kerangka karangan. Langkah yang kelima, aku harus segera tulis dengan mengembangkan kerangka karangan tadi. Langkah keenam, sebelum published aku harus memeriksa, istilah kerennya editing. Selain kubaca ulang untuk mengoreksi barangkali ada tulisan yang salah, atau ide, gagasan yang tumpang tindih; bisa juga kuminta bantuan teman sejawat untuk membaca tulisanku. Dengan cara ini sangat mungkin masih banyak ditemukan kekuranganku. Dan akhirnya, yang ketujuh Published.
Imajiku mulai gentayangan, ah...tips yang diberikan Pak Domo berseliweran di pikiranku. Niat, mulai membaca-baca tulisan orang lain, siapa tahu dari situ kutemukan ide, sekaligus wujud fiksinya apakah bergenre roman, petualangan, misteri, horor, atau bahkan mungkin science. Jika itu sudah di tangan, aku bisa dengan mudah menyusun premis-premis semacam outline. rasanya aku seperti sudah mendapatkan semuanya. 'Tulis, cepat kembangkan premismu itu!', seru nuraniku yang rupanya sangat serius memperhatikan paparan pak Domo. Nah, aku tidak boleh berhenti untuk memeriksa kalimat atau tulisan. Wujud dulu, utuh, baru swasting atau edit.
Kulihat bayangan diriku sendiri. Sepertinya aku baru saja menerima sesuatu. Ah...ya, namaku disebut-sebut sebagai salah satu penulis produktif di suatu Era. Fatamorgana yang nyaris terwujud. Byaar...ternyata aku hanya bermimpi dalam lamunan. Tetapi bukan tidak mungkin, bukan? Kugantungkan setinggi langit cita-citaku menjadi Penulis handal.
Tiba-tiba laptopku meredup. Auw...nyaris baterainya habis! Kuobrak-abrik tas kerjaku. Tidak ada. Yaa..Allah aku telah meninggalkan charger di Laboratorium Bahasa, tempat aku menguji Kepewaraan tadi pagi. hampir saja semangatku redup, kalau bukan kasih-Nya mengingatkanku, malam ini aku belum Tadarus. Aku harus ikhlas berhenti sejenak untuk menunaikan rutinitasku membaca Kitab Suci di pagi dan petang. Pagi sekali aku harus ke kampus mengambilnya. Dan inilah wujudnya, Resume berasa Fiksi. Mudah-mudahan tidak jauh dari harapan.
Yuuk...kita wujudkan tantangan Pak Domo!
Semarang, 15 Juli 2023
Hadi Riwayati Utami
Okee Sip
BalasHapusAwal yang bagus