RESUME 5 PUBLIC SPEAKING
Saat ini Semarang sedang hujan. Meskipun sudah tidak sederas sore tadi, tetapi cukup awet, masih terdengar rintiknya. Udara di luar sangat dingin, karena kebetulan rumah kami di Kota Atas. Meskipun begitu saya merasakan hangat. Mungkin karena pembelajaran pada malam hari ini lain dari biasanya. Di Ruang Zoom, tampak meriah. Peserta, maupun Panitia dan Penyaji Materi pada malam hari ini nampak berwajah cerah. Semua mengulum senyum.
Tidak tanggung-tanggung, Bu Tuti Dede, yang menyampaikan Materi didampingi dua orang Ibu yang sepertinya cukup senior di Kelas ini. Buktinya beliau berdua selalu menyapa kami para peserta di setiap Selasa malam. Ibu Rafiatun, dan Ibu Leny. Keduanya juga selalu tersenyum. Kedua beliau ini mengatur lalu lintas diskusi dengan sangat apik. Terima kasih Ibu🙏😊.
Bu Tuti mengawali dengan memperkenalkan dirinya secara ringkas. Lahir di Jakarta, 1 Februari 1969. Sampai saat ini mengabdikan dirinya sebagai Guru SDN 03 Serua, Ciputat, sangat sahaja. Motonya luar biasa: Semua bisa berperan dalam kebaikan. Jelas sekali beliau seorang yang rendah hati. Tidak ingin tampil sendiri di depan.
Sebagai Guru yang dirindukan beliau berpegang pada Hadist Riwayat Muslim: Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan jalan baginya ke surga. Sepintas tampaknya tidak ada hubungannya, tetapi sesungguhnya sangat jelas.
Bu Tuti sangat menyadari bahwa Institusi Pendidikan itu merupakan Wahana Proses Belajar-Mengajar. Bukankah begitu kita selalu menyebutnya? Artinya, bukan hanya Siswa yang belajar, Guru juga. Itu berarti, Bu Tuti menempatkan Siswa sebagai Subjek, bukan objek didik. Konsekuensinya, Siswa menjadi pusat Kegiatan Instruksional. Pembelajaran harus bertumpu pada keaktifan Siswa. Ini jelas, bukan berarti gurunya pasif. Justru gurunya harus lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Jika tidak, mana mungkin ia bisa mengaktifkan Siswa? Nonsens!
Di bagian mana Bu Tuti belajar? Pengenalan terhadap siswa, pemahaman dan pengertian terhadap berbagai persoalan yang melingkupi kehidupan Siswa-siswinya inilah yang dipelajari beliau. Dengan paham betul bagaimana anak didiknya, Bu Tuti akan bisa mengajar dengan baik. Dimulai dari merencanakan PBM, memilih materi yang tepat, menggunakan approach, teknik dan metode yang sesuai, menggunakan media yang representatif, dan memanfaatkan jam mengajar secara efektif dan efisien, termasuk bila saatnya merefleksi dan mengevaluasi.
Kemudian, bagaimana caranya? (Untuk menjadi sosok Guru yang dirindukan?). Beliau punya Tips yang bisa kita ikuti, di antaranya seperti ini.
1. Memulai hari dengan bahasa yang baik,
2. Setiap sekolah memiliki kebijakannya masing-masing bagaimana mengawali pelajaran. Di dalam Kelas, gurulah yang melakukannya.
3. Memiliki rasa humor yang tinggi, sehingga Siwa tidak tegang,
4. Mengajak anak-anak sesekali belajar di luar ruang kelas,
5. Melakukan variasi mengajar, di antaranya mengajak Siswa memanfaatkan galon bekas untuk dibuat Pot Tanaman. Salah satu contoh Project Kelas.
Nah, apakah kita sudah seperti itu? Tentu yang bisa menjawab adalah Ibu, Bapak sendiri.
Bu Tuti Dede tipe Pengabdi yang setia dengan tugasnya. Beliau sangat bangga menjadi Guru. Inilah penjelasannya
Jika kita mampu mewujudkan kriteria tersebut, Insyaa Allah tujuan pembelajaran akan tercapai. Di akhir pembelajaran pada pertemuan malam ini, Bu Tuti Dede menyampaikan sebuah perenungan.
Demikianlah Resume pada pertemuan ke- 5 dalam Kelas Public Speaking for Teacher malam hari ini.
Meminjam kata-kata Om Dok Jay, mengajarlah (menulislah) dari hati agar sampai ke hati, semoga kita bisa memtik manfaatnya.
Semarang, 31 Januari 2023
Hadi Riwayati Utami
Komentar
Posting Komentar