RESUME MK SEMINAR BSIP DAN KAPITA SELEKTA BI KAMIS, 9 NOVEMBER 2023

 


                                                                                                                                                                          RESUME                                                                                                                     MK SEMINAR BSIP DAN KAPITA SELEKTA BI                                              KAMIS, 9 NOVEMBER 2023
                                                                              

Masih dengan topik yang sama berkaitan dengan pertanyaan mengapa di MK SBSIP juga membahas Linguistik Mikro dan Makro.

Masih ingat pertemuan kita di awal-awal Semester ini? Setelah kita mempelajari RPS, dan kemudian mencoba memahami Kontrak Perkuliahan? Setiap Pengampu pasti lebih nyaman jika perkuliahan dilakukan secara dialogis. Sudah bukan jamannya Dosen menjadi penceramah. Mahasiswalah yang seharusnya aktif. Dosen bertindak sebagai fasilitator.

Sebagai bagian dari Generasi Z, Teman-teman Mahasiswa sering menunjukkan kemampuan dan penguasaannya terhadap perangkat digital. Gadget yang dimilikinyapun sudah berteknologi Androit. Itu artinya, gayung bersambut. Dosen bisa tetap menjalankan fungsinya sebagai fasilitator. Lebih-lebih tuntutan Metode Pembelajaran yang dipakai Problem Solving Based Learning dan Project Based Learning. Berpikir, mengkaji, diskusi, dan presentasi adalah yang harus dilakukan oleh Para Mahasiswa.

Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia sesungguhnya hanyalah review dari semua teori, pengetahuan, dan mungkin pengalaman praktik berbahasa Indonesia yang telah dipelajari dari sejak Semester 1-4/5. Untuk menyambung benang merah, Anda sekalian bisa kembali membuka catatan perkuliahan di semester-semester yang lalu. Sementara di Semester ini, kita akan berpraktik mengjkaji fenomena bahasa yang ada sekarang ini, di dalam keluarga, masyarakat, dan atau di media. 

Perkembangan Ilmu Bahasa sangat cepat. Dengan tidak terduga kita berhadapan dengan fenomena penggunaan bahasa yang di luar ekspektasi kita. Misalnya, bagaimana Anda sekalian mencermati wacana 'Bajingan tolol!' yang dilontarkan oleh seorang Akademisi? Apakah Anda sekalian juga memandang biasa terhadap berita di Teve, 'Suhartoyo menggantikan Paman Gibran sebagai Ketua MK'?

Kita sekarang ini belajar di Era Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka Belajar membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada dunia pendidikan untuk belajar berdasarkan konteks. Sudah tidak jamannya mengajarkan struktur kalimat hanya dari contoh 'Ini Ibu Budi.' Tetapi lebih dari itu, mengapa sampai muncul pernyataan 'Keputusan MK tentang batas usia Cawapres cacat secara moral', sebagaimana diucapkan oleh Ganjar Pranowo, yang adalah Capres dari PDIP. 

Fenomena bahasa seperti di atas bisa dicermati dengan kacamata Linguistik Mikro, dan Linguistik Makro.

Secara fonologis, kita bisa melihatnya adakah unsur segmental, dan suprasegmental yang bisa menjadi dasar pemahaman terhadap fakta bahasa itu? Bagaimana dengan etimologi katanya, apakah juga melalui proses morfologis? Apakah secara leksikal merupakan morfem bebas yang memiliki arti dan bisa berdiri sendiri? Atau kata, istilah, ungkapan, pernyataan itu memiliki makna sampiran, sebuah metafora misalnya. Atau mengalami perubahan makna? Semua itu merupakan bagian dari kajian linguistik mikro.

Jika diperhatikan secara seksama, respons Presiden Jokowi terhadap pertanyaan Wartawan, "Bagaimana pendapat bapak tentang pernyataan Rocky Gerung (GR)?", "Ah...itu kan perkara kecil, sepele. Saya pilih kerja saja." Mungkin secara struktural, kalimat tanya dan jawabannya adalah kalimat yang gramatik. tetapi bagaimana dengan konteksnya. 

Brown dan Yules memandang itu bukan pernyataan biasa. Lebih-lebih Leech, yang melihat konten kalimat dari sisi kesantunan. Grice, jelas menganggap pernyataan GR tidak memenuhi syarat prinsip percakapan. Demikian pula dengan Searle yang setuju dengan teori Austin, bahwa ketika seseorang bertutur sesungguhnya ia juga sedang melakukan sebuah tindakan. Kemudian, bagaimana dengan anggapan masyarakat? Apakah nilai-nilai moral masyarakat mengijinkan? Jika ditilik dari wujudnya, apakah itu sekadar variasi bahasa, variasi yang mana? Adakah fenomena lain di sana CK, AK, Inferensi atau interferensi. Bagaimana dengan kolokasi, kohesi, koherensi, dan banyak lagi tinjauan secara makro linguistik. 

Fenomena bahasa di atas hanyalah contoh kasus. Anda bisa mencari penggunaan bahasa dan problematikanya dari sumber lain. Jika Anda menjadikannya sebagai bentuk pembelajaran, maka Anda harus merujuknya pula ke Kurikulum (perhatikan KD-nya). 

Sementara itu menelisik dari sisi sastra, Anda bisa melihatnya dari gaya berbahasanya, unsur yang  membangun wacana (intrinsik/ekstrinsik), dari psikologi sastra, resepsi pembaca/pendengar, atau bahkan mungkin bisa dilihat dari feminitas, dan sebagainya.

Tentu saja masih sangat banyak dan luas cakupannya dari yang saya sampaikan di sini. Sebagian telah kita bahas dalam perkuliahan SBSIP, maupun KSBI. 

Terima kasih Anda telah memperhatikan penjelasan ini. Saya tunggu, kajian Anda di Mata Kuliah KSBI, dan silakan Anda presentasikan dalam Mata Kuliah SBSIP.

Jadilah Pembelajar aktif agar terbuka cakrawala berpikirmu. Salam Literasi! Resume ini disusun dengan kepedulian dan dedikasi.                                                                                                        Kamis, 9 November 2023                                                                                                                          Pkl. 00.05



                                                             





Komentar

Postingan populer dari blog ini

KALIMAT LANGSUNG, TIDAK LANGSUNG DAN PARAGRAF

RESUME PERKULIAHAN MKU BHASA INDONESIA, Senin, 1 April 2024

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2024 MKU BAHASA INDONESIA SENIN, 6 APRIL 2024