RESUME PERTEMUAN 2 SEMANTIK
PERTEMUAN 2 SEMANTIK HR. UTAMI SENIN, 11 SEPTEMBER 2023
Hari ini aku kembali mengajar Semantik. Salah satu cabang Ilmu Linguistik yang mempelajari makna kata. Makna kata atau makna leksikal dapat ditemukan di Kamus. Berbeda dengan Pragmatik, yang penafsiran makna suatu teks atau wacana didasarkan pada konteks. Makna dalam konsep Semantik bebas konteks. Oleh karena itu bersifat diadik. Sementara Pragmatik bersifat triadik.
Makna kata bersifat arbitrer, atau mana suka. Mana suka didasarkan pada kesepakatan masyarakat pengguna bahasa. Sebagai contoh, kata meja. Dalam bahasa Indonesia merujuk pada suatu benda, perabot rumah tangga, yang memiliki bidang datar sebagai tempat meletakkan barang. Meja juga lazim dipakai untuk menulis. Sekarang ini meja bisa berkaki 4, 3, bahkan 1. Meja di jaman sekarang tidak hanya dari kayu, melainkan juga dari plastik, semen, besi, bahkan kaca. Sementara dalam bahasa Inggris meja disebut table.
Semantik merupakan salah satu di antara cabang ilmu linguistik yang dikategorikan sebagai Linguistik Mikro. Satu kategori dengan Semantik adalah Fonologi, Morfologi dan Sintaksis. Sekadar mereview, mahasiswa kuajak untuk mengingat kembali apa yang pernah dipelajarinya. Nyatanya hanya satu, dua orang mahasiswa yang sesekali menyeletuk merespons penjelasanku. Sungguh sangat memprihatinkan. Aku tidak merasa kaget, meskipun tidak habis pikir. Bagaimana mungkin ilmu yang baru beberapa bulan mereka pelajari tidak sedikit pun yang nyanthol di ingatan. Ini pasti karena kebiasaan belajar yang salah.
Kumulai dari Fonologi. Cabang linguistik yang mempelajari tata bunyi. Berbicara tentang bunyi tidak bisa lepas dari membahas fonetik, dan fonemik. Fonetik adalah 1. bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar; 2. sistem bunyi suatu bahasa. Adapun fonemik, yaitu fonemilk/fo·ne·mik/ /fonémik/ n Ling
1 ilmu bahasa (linguistik) tentang sistem fonem; 2 sistem fonem suatu bahasa; 3
prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Kata meja terdiri dari empat fonem, yaitu /m/, /e/, /j/, dan /a/. Jika diucapkan [m e j a]. Berbeda bukan dengan [m e r i] 'iri' dalam bahasa Jawa. Mungkin akan lebih jelas lagi jika kita perhatikan pada kata Titik, nama orang yang secara fonemis terdiri dari fonem-fonem /t/, /i/, /t/, /i/, /k/. Sementara itu deretan fonem yang sama bisa berarti tanda baca (berhenti, pada suatu kalimat). Secara fonetis keduanya berbeda, yang pertama akan diucapkan [t i t i k], sedangkan yang kedua
[t i t I k]. Bagaimana pengucapan suatu bahasa (kata, frasa, dsb.) ini dipelajari dalam fonetik. [I] merupakan alofon dari bunyi [i]. sama halnya dengan [e] pada meja, dan [E] pada meri.
Jadi jelas bukan, bahwa fon 'bunyi', maupun fonem itu unsur paling kecil dalam bahasa yang membedakan makna. Perhatikan pada minimal pairs 'pasangan minimal', pada kata palu dan panu. Demikian pula dengan asa, dan asi. [p a l u], [p a n u], fonem konsonan /l/ dan /n/ membuat deretan fonem itu (kedua kata, palu dan panu) berbeda artinya, palu 'salah satu jenis alat perkakas rumah tangga yang digunakan untuk memalu, dan panu 'salah satu jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Demikian pula halnya dengan [a s i] 'air susu ibu' dan [a s a] 'harapan'. Fonem vokal yang berbeda pada keduanya, membedakan makna, atau arti.
Bagaimana dengan Morfologi? Akan saya tuliskan resumenya pada blpg mendatang. Selamat malam Teman, see you to another blog. Good night!
Semarang, 18 September 2023 Pkl. 22.46, setelah kuprihatin dengan tugas atau pekerjaan kalian.🙏😊
Komentar
Posting Komentar