MENULIS ITU MUDAH PROF.DR. NGAINUN NAIM RESUME Ke- 10 SENIN, 17 JULI 2023
Jika Tanganku adalah kuas maka tulisanku adalah lukisan berjuta warna.
Jika tulisanku adalah musik, maka aksaraku kan menari melentingkan rasa seirama.
Jika menulis adalah udara, kan kuhirup aroma berjuta asa. Menelisip masuk relung dada.
Ya Menulis itu mudah, semudah bernafas, berkata, bernyanyi maupun menari.
Deretan kata tersusun indah, mengungkap makna, mengantarkan Sang Begawan fatwakan ilmu, "Menulis Itu Mudah", merupakan pembuka Kelas Belajar Menulis Nusantara malam ini. Adalah bunda Helwiyah Penyair KBMN. Sementara itu Moderatornya adalah dara ayu dari Ranah Minangkabau, Sumatera Barat, yang masih sorangan, Yandri Novita Sari, S.Pd. Meskipun masih muda tampaknya ia tidak canggung memoderatori seorang Guru Besar. Dengan beliau berdua malam ini peserta akan mencoba menghayati dan berusaha membuktikan bahwa menulis itu mudah.
Prof. Ngainun, membuka pelajaran dengan salam dan langsung mengajak peserta untuk membaca tulisan beliau paling gres, tertanggal 16 Juli 2023. Di tulisan itu beliau menceritakan kenangannya mengunjungi Tana Toraja, yang kata beliau penuh perjuangan. Menempuh perjalanan lima jam dari Pare-pare, mengantarkan para mahasiswanya untuk ber-KKN di sana. karena jadwal penerimaan oleh Bupati Pukul 09.00, jam 03.00 sudah harus bangun. Selain jalan yang banyak berlubang, perjuangan yang lain adalah menemukan tempat sarapan yang syari'. Pilihannya jatuh pada Warung Makan Sunan Drajad milik orang Banyuwangi.
Menurut Prof. Naim, sayang jika kesempatan indah itu tidak diabadikan dalam tulisan. Selain sebagai album treveling tra tulisannya dimaksudkan sebagai ungkapan syukur pada Allah yang telah memberinya kesempatan indah menikmati panorama Bumi Tana Toraja. Oh...Ya, beliau menunaikan Ibadah sholat Subuh di masjid Enrekang.
Saya jadi teringat, bagaimana beliau mengajar kami di Gel. 28 yang lalu. Sama, contohnya sangat sederhana, yaitu suasana sore menjelang berbuka puasa di Alun-alun Tulungagung. Beliau benar-benar mempraktikkan, bahwa menulis itu mudah. Buktinya, tulis saja apa yang kau lihat, kau hadapi. Yah, menulis kisah perjalanan barangkali tidak sulit. Tetapi tentu tidak mudah bagi pemula. Kuncinya adalah 'mau', tulislah! Prof. Naim memberikan resep, "Tulislah yang kau ketahui!" Agar bisa maka biasakanlah, kata beliau.
Kembali beliau menunjukkan satu contoh tulisan yang diabadikan pada tanggal 30 April 2023, beberapa hari usai Hari Raya Fitri 1444 H. Selain ke Kediri bersama keluarga yang diwarnai cerita klise para pemudik, Macet!. Sepulang dari sana beliau menghadiri Walimatu'urs, yang hanya berjarak beberapa ratus meter di belakang Kampus UIN Sayyid Rahmatulloh Tulungagung. dengan bersepeda motor sendirian, dari pesta pernikahan menuju ke rumah seorang teman lama yang juga mantan anak buah Ayahanda beliau. Prof. Naim membahasakannya dengan Senior. Luar biasa, rendah hatinya beliau ini.
Sepintas memang tampak sederhana ide tulisan beliau, bercerita apa yang dialami. Traveling, menghadiri kondangan pernikahan, mengunjungi teman lama yang selama ini hanya berkomunikasi melalui WA. Tentulah perjumpaan yang mengesankan, karena kemudian hanyut dengan kenangan masa silam. Sebuah rekaman peristiwa yang pasti akan mudah terlupakan jika tidak ditulis. Kata beliau di tulisan Perjalanan dan Perjuangan Menemukan Sarapan di Tana Toraja, sayang jika kesempatan ini tidak ditulis, karena kalaupun kelak menemui kesempatan serupa, tentulah konteks dan suasana sudah berbeda.
Contoh berikut adalah tulisan dengan judul Senja, Sawah dan Jejak Kenangan, yang beliau tulis di Kompasiana 23 Februari 2023. Kembali ke masa lalu adalah hal yang mustahil. Padahal setiap insan pasti memiliki pengalaman dan kenangan di masa lalu. Sayang jika memori itu lenyap begitu saja. Satu-satunya jalan adalah dengan menulisnya. Ia akan abadi.
Benar yang dikatakan Prof. Naim, karena apa yang dilihatnya dulu berbeda dengan sekarang. bersama putranya, Prof. Naim mencoba napak tilas. Dengan sepeda motor beliau menapaki jalan pematang yang kini sudah berubah beton. Tentu beliau tidak menemukan lagi sawah tempat dahulu beliau merumput untuk dua ekor Kambingnya.
Selain tulis apa yang kita alami (pengalaman, rasa), hal yang paling penting adalah, "Jangan pernah berpikir bahwa menulis itu sulit!" kuncinya ada di pikiran kita. kita harus membedakan antara Pikiran dan praktik. Jika mengalami hambatan, itulah sesungguhnya tantangan. yang ketiga, menulislah dari sedikit, tetapi ajeg atau konsisten. Beliau mengistilahkannya dengan istilah 'Teknik Ngemil. Selain dari Hernowo yang menginspirasi beliau dengan teknik ini, Prof. Dr. Irawan Abdullah dari UGM juga ikut andil dalam membentuk jiwa penulis dalam diri Prof. Naim. Fakta ini sesuai dengan pendapat Hernowo (Naim, 9 Juni 2023), hal yang harus dimiliki oleh seorang penulis adalah membiasakan membaca, dan menulis. Kesulitan yang biasa dihadapi seorang penulis adalah 'jam terbang." Karena itu pembiasaan, perlu diwujudkan, sebagaimana ajaran Prof. Irawan 'One Day One Paragraph' atau ODOP. Kunci keempat, adalah tulislah yang Anda pikir. Prof Naim juga menyampaikan jangan malu menulis dengan tangan. Komputer dan Hp hanyalah alat. Sampai sekarang beliau masih menulis dengan tangan ide atau gagasan yang mungkin melintas begitu saja di pikiran. Kunci kelima, jangan menulis sambil dibaca atau diedit.
Beberapa tips yang Prof. Naim berikan di malam ini, layak untuk dipraktikkan. Menulis itu Aksi bukan hanya teori. Menulis harus dipraktikkan, bukan didiskusikan. Dan yang terakhir, slogan Aa Gym yang disitir beliau adalah, 3 M 'Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal kecil, mulailah dari sekarang.' Nah, tunggu apalagi?! mari kita praktikkan!
Semarang, 17 Juli 2023
HR. Utami
Mantap Bu, lengkap
BalasHapusMantap, lengkap
BalasHapus