RESUME 7 PUBLIC SPEAKING FOR TEACHER
Kerja keras, kerja ikhlas, kerja tuntas, kerja cerdas, penggalan clossing statement yang disampaikan oleh Om Jay di akhir pembicaraannya tentang Sosialisasi Budaya Positif.
Seperti pada malam-malam Selasa sebelumnya, kali ini pun Om Jay ditemani Moderator senior, Ibu Rifatun yang selalu berusaha sabar memenuhi semua permintaan peserta untuk bisa memeroleh jawaban, maupun yang hendak bicara langsung kepada pemateri. Terima kasih Bu Rifatun.
Baru di akhir pertemuan, saya mendengar informasi, bahwa Om Jay kali ini sebenarnya menggantikan pembicara lain yang berhalangan hadir. Hebatnya baru sore beliau dihubungi, dan hadir berbincang-bincang dengan para peserta melalui zoom. Belum sempat pulang pula. Hebat!
Seperti yang disampaikan Om Jay, jika kita ingin menjadikan anak-anak didik kita baik, maka kita harus baik dulu. Kita harus bisa menunjukkan diri menjadi teladan di hadapan mereka. Dan ini sudah kita buktikan, malam ini Om Jay memberikan teladan pada kita sekalian.
Perbincangan yang dipimpin Bapak Dr. Wijaya Kusumah, M. Pd., malam ini membahas seputar bagaimana sikap dan tindakan guru, ketika menghadapi berbagai persoalan yang berkaitan dengan perilaku, atau budaya anak peserta didik yang tidak baik, kalau tidak boleh dikatakan menyimpang, atau nakal di luar batas yang bisa ditolelir.
Menurut Om Dok Jay ini, diperlukan kesabaran, dan kemauan para guru untuk saling berkolaborasi, dengan selalu berkoordinasi, berdiskusi dengan dan di antara rekan sejawat. Karena tenaga BK sangat terbatas, bahkan di SD belum ada, maka sebaiknya para guru atau Wali Kelas bisa mencoba mengupayakan penanganannya sendiri dulu. Caranya dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik yang membutuhkan penanganan khusus tersebut. Baru jika sudah mentok kita serahkan pada guru BK (Bimbingan Konseling)
Pendekatan dimaksudkan agar, kita bisa mengetahui sebab musabab seorang anak melakukan tindakan tidak baik. Dari pendekatan ini, kita akan tahu bagaimana penanganan yang paling tepat untuk anak tersebut. Karena bisa jadi tindakan buruknya itu disebabkan oleh hal-hal lain di luar dirinya pribadi, misalnya karena orang tuanya sedang bermasalah, karena dia merasa tertekan, dsb. Kerja sama yang baik antara sesama guru, dan tentu orang tua akan menemukan solusi yang tepat.
Pada anak-anak yang sudah gedhe (bahasa Om Jay), kita tidak bisa memaksakan kehendak. apalagi bertindak kasar. Justru mereka ini harus didekati dengan kelembutan, menempatkan diri sebagai teman, sehingga anak-anak ini bisa menerima penjelasan kita secara sukarela, menyadari kekeliruannya. Kita harus terus menerus menunjukkan contoh-contoh baik, berbicara yang baik, bersikap baik.
Contohnya, jika kita menemui anak yang sudah ketagihan game, kita tidak bisa serta merta melarang, apalagi bersikap keras pada mereka, melainkan kita sentuh mereka dengan motivasi, "Nak, jangan main game terus dong, sesekali gantian kamu yang bikin game."
Secara garis besar jika disimpulkan dari perbincangan malam ini adalah: 1. komitmen sebagai Pendidik, 2. memberi teladan, 3. mau belajar pada teman (di atas langit masih ada langit, 4. bekerja sama di antara sejawat, 5. menjalin hubungan baik dengan orang tua, 6. jangan cepat menyalahkan orang lain, sebaliknya periksa diri sendiri dulu, 7. sabar dan ikhlas.
Terakhir, saya ingin menyampaikan satu hal berkaitan dengan penyampaian Pak Dail, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bisa memberikan manfaat pada orang lain. Menurut Pak Dail, Om Jay adalah pioneer dan menjadi teladan untuk ini. Adanya Kelas Belajar Menulis Nusantara, Kelas Berbicara, dan Berbagi Pengetahuan di Malam Ahad dengan menampilkan Insan-insan Berprestasi, karena Tangan Dingin dan Kerendahhatian Om Jay yang menginginkan Rekan Sejawatnya maju, berpengetahuan luas dan menguasai teknologi kekinian.
Seperti biasa, Om Jay tidak pernah lupa memberikan motivasi, "Menulislah, karena dengan menulis kita akan abadi. Menulis, menulis, menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Ajak teman-teman bergabung. Tentu, agar semakin banyak Guru yang beruntung.
Semarang, 21 Februari 2023 Hadi Riwayati Utami,
Komentar
Posting Komentar