RESUME 3 GALI POTENSI UKIR PRESTASI
Kesan yang saya dapatkan dari mengikuti pelatihan Hari ke- 3, hebat! Sungguh membuat saya tercengang, begitu mudahnya menyusun buku untuk Ibu Guru Aam Nurhasanah. Saya tidak mungkin bisa melakukan sebagaimana yang bisa beliau wujudkan. Beliau tidak mengenal istirahat. Barangkali juga tidak lelah. Begitu ada bahan yang bisa ditulis, segera beliau abadikan. Semoga Allah terus karuniakan Rahmat, kesehatan, dan kecemerlangan pikir dan perasaan, sehingga terus bisa menyedekahkan ilmu pada kita semua. Aamin.
Seorang peserta mengawali obrolan menjelang dimulainya pelajaran dengan mengutip pendapat Seno Gumbira, "Menulis adalah suatu cara untuk berbicara, suatu cara untuk berkata-kata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah, yang bermacam-macam, dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.
Teman kita ini menyimpulkan, menulis merupakan cara untuk menunjukkan potensi dan prestasi.
Di awal pertemuan, Moderator, Ibu Ovi juga mengangkat kegundahan seorang peserta dalam suatu kesempatan berbagi ilmu. Kadang kita sering dihadapkan pada keraguan, apakah tulisan kita sudah bagus untuk dibaca orang. Merasa tidak berbakat, dan tidak memiliki potensi. akhirnya, yang ada rasa rendah diri. Batin sering bergolak, apa saya mampu menulis? Jikapun saya tulis, adakah yang membaca? Jangan-jangan pembaca tidak suka dengan tulisan saya. Lalu untuk apa saya menulis?
Bu Aam yang sudah berhasil menulis dan diterbitkan oleh Penerbit Mayor ini di banyak kesempatan menyampaikan bahwa suara hati seperti itulah yang sering menghambat kita. Bagaimana kita akan berprestasi jika potensi kita sudah dibantai oleh keragu-raguan? Beliau ternyata pernah dihampiri perasaan seperti itu, ketika masih pemula.
Saya jadi ingat, kata Bu Kanjeng, jika mulai ada rasa semacam itu menghinggapi kalbu kita, lawan! Karena itu hanya akan menimbulkan kemalasan.
Bu Aam memberikan resep jitu untuk menggelorakan semangat menulis dalam diri kita, dan menyingkirkan bisikan-bisikan negatif yang hanya akan menghambat kita untuk berprestasi. Jika semangat meredup, ingat kembali niat awal, ingin berbagi melalui tulisan. Motonya, ingin menulis 1000 buku, selalu berbagi, menginspirasi negeri.
1. Niat, dan Motivasi. Om Jay, menjadi Inspirasi buat Bu Aam. Mungkin yang dimaksud adalah mantra sakti Founder KMBN, "Menulislah setiap hari, buktikan apa yang terjadi." Sementara bagi Bu Aam, Bu Kanjeng adalah Motivatornya."Writing is my passion." "Jangan menulis di waktu luang, tetapi luangkanlah waktu untuk menulis," tambah Bu Aam. Semangatnya, Ingin dikenal dunia.
2. Mulailah dari yang kau sukai. Pengalaman itu sangat berharga, bisa menjadi sumber tulisan. Buatlah blog yang menarik, dari tema dan template yang menarik.
3. Rajin membaca, termasuk blog walking. mengunjungi blog teman, dan memberikan komentar adalah salah satu cara melatih kemahiran menulis,
4. Jangan hiraukan komentar negatif orang. Jika menerima ejekan balaslah dengan senyum. Penting, Mau Belajar, dan Berproses agar Naik Kelas.
5. Buktikan dengan menerima tantangan, ajakan menulis bareng (Antologi), mengikuti lomba menulis blog (sering diinfokan oleh Om Jay di Grup), beranikan menulis buku solo.
6. Untuk menulis Buku solo caranya mudah, menulislah setiap hari 10 halaman, dalam sepekan 5 hari berarti 50 halaman pada kertas A4, jika di atas kertas A5 menjadi 100 halaman. Sisa waktu 2 hari, gunakan untuk mengedit, dan membuat layout. Selesai, kirim ke Penerbit Mayor.
7. Buatlah judul yang menarik. Kalau bisa hanya terdiri dari 4 kata, dan berima supa enak dibaca. Contohnya, Niat Berbagi, Gaungkan Literasi! Sementara saran Om Yay pilihlah judul yang menarik, sehingga mengundang pembaca. Jika Anda pandai mengaduk-aduk emosi pembaca, itu artinya Anda sudah berhasil.
7. Rajinlah menulis hingga karyamu berbuah. Jangan ragu, Bunda Kanjeng memulainya di usia 50 th. Bagi beliau BETTER LATE, THAN NEVER 'Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali.'
8. Jika mood sedang kacau, tinggalkan sejenak! Lakukan refreshing, berkaraoke, membuat rajutan, atau healing tipis-tipi.
9. Atur waktu dengan bijaksana. Buat skala prioritas. Lakukan dulu yang paling urgent, pagi dinas, malam menulis, sehingga tidak mengganggu aktivitas utama sebagai Guru.
10. Akhirnya, menulislah sebisamu agar PD, bisa dimulai dengan membuka album foto, karena foto memuat 1000 cerita. Buatlah outline/daftar isi agar tidak keluar dari topik.
Semarang, Jumat, 00.24.
Komentar
Posting Komentar